Sudah tak jarang masyarakat Indonesia yang tertekan baik secara fisik maupun mental dikarenakan krisis ekonomi global saat ini. Banyak yang bertahan, banyak pula yang jatuh ke lubang depresi. Sayangnya obat-obat yang digunakan untuk mengobati depresi memiliki efek samping yang bisa berbahaya bagi kesehatan.
Sebelumnya, apakah yang disebut depresi itu? Depresi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami kesedihan yang sangat hebat sehingga mempengaruhi produktifitas dan kegiatan sehari-harinya. Menurut WHO, gejala-gejala klinis bila seseorang mengalami depresi adalah :
- Hilangnya semangat hidup
- Sering menangis
- Sulit tidur atau insomnia hampir setiap hari
- Hilangnya napsu makan dan perubahan berat badan
- Lemas lesu
- Sulit untuk berkonsentrasi & mengambil keputusan
- Merasa putus asa
- Berpikir untuk mati/ bunuh diri
Penanganan depresi ada tiga macam:
Pertama, dengan farmakoterapi yaitu terapi dengan menggunakan obat antidepresi atau sering disebut "Happy Pill". Menurut Australian Medicines Handbook 2008, obat antidepresi dibagi dalam kelas - kelas seperti
1. Tricyclic antidepressants seperti amitriptyline, nortryptilline, doxepin, dothiepin. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan kantuk, mulut kering dan pusing
2. Serotonin Selective Reuptake Inhibitors seperti sertraline, fluoxetine, citalopram. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan gangguan perut, mual dan sulit tidur
3. Monoamine Reuptake Inhibitor (sudah jarang digunakan)
4. Lain - lain seperti : mirtazapine, reboxetine
Kedua, yaitu dengan psychotherapy yaitu dengan mengikuti konseling dari seorang psikolog.
Yang terahir adalah Electroconvulsive Therapy atau ECT dengan mengalirkan aliran listrik ke otak, namun teknik ini sudah jarang digunakan.
Sebelumnya, apakah yang disebut depresi itu? Depresi adalah suatu kondisi medis dimana seseorang mengalami kesedihan yang sangat hebat sehingga mempengaruhi produktifitas dan kegiatan sehari-harinya. Menurut WHO, gejala-gejala klinis bila seseorang mengalami depresi adalah :
- Hilangnya semangat hidup
- Sering menangis
- Sulit tidur atau insomnia hampir setiap hari
- Hilangnya napsu makan dan perubahan berat badan
- Lemas lesu
- Sulit untuk berkonsentrasi & mengambil keputusan
- Merasa putus asa
- Berpikir untuk mati/ bunuh diri
Penanganan depresi ada tiga macam:
Pertama, dengan farmakoterapi yaitu terapi dengan menggunakan obat antidepresi atau sering disebut "Happy Pill". Menurut Australian Medicines Handbook 2008, obat antidepresi dibagi dalam kelas - kelas seperti
1. Tricyclic antidepressants seperti amitriptyline, nortryptilline, doxepin, dothiepin. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan kantuk, mulut kering dan pusing
2. Serotonin Selective Reuptake Inhibitors seperti sertraline, fluoxetine, citalopram. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan gangguan perut, mual dan sulit tidur
3. Monoamine Reuptake Inhibitor (sudah jarang digunakan)
4. Lain - lain seperti : mirtazapine, reboxetine
Kedua, yaitu dengan psychotherapy yaitu dengan mengikuti konseling dari seorang psikolog.
Yang terahir adalah Electroconvulsive Therapy atau ECT dengan mengalirkan aliran listrik ke otak, namun teknik ini sudah jarang digunakan.
Obat antidepresi bekerja pada sistem saraf pusat dengan mengatur kembali tingkat neurotransmiter (zat kimia dalam otak seperti noradrenalin dan serotonin), yang berperan penting dalam kontrol emosi seseorang. Obat2 ini membutuhkan waktu 4 - 6 minggu untuk mencapai titik optimalnya, sehingga pasien dianjurkan untuk bersabar dan tetap meminum obat secara berkala.
Namun demikian, setiap obat memiliki efek samping, obat antidepresi dikenal dapat menaikkan resiko bunuh diri bagi para penggunanya. Seperti yang dikutip pada AMH 2008, resiko ini lebih tinggi pada kaum remaja terutama pada awal masa pemakaian obat antidepresi. Maka dari itu, sangat dianjurkan kepada para pengguna obat ini untuk memberitahu kepada teman/saudara/keluarga tentang penggunaan obat depresi, sehingga apabila terjadi hal hal yang tidak dikehendaki seperti ingin bunuh diri dsb, mereka dapat cepat memberikan dukungan/support, mencegah terjadinya bunuh diri dan mengulurkan pertolongan medis. Selain itu yang tidak kalah pentingnya adalah untuk sering berkonsultasi ke dokter untuk memonitor perkembangan kesehatan.
Singkatnya, obat antidepresi cukup efektif untuk mengatasi depresi namun memiliki efek samping yang dapat meningkatkan resiko bunuh diri. Diperlukan kepedulian dari para tenaga kesehatan profesional dan dukungan penuh kepada pasien depresi untuk memastikan bahwa obat bekerja sesuai dengan yang diharapkan terutama pada awal pemakaian obat.
Dea Pitasari
Picture: health.com
Informasi yang sangat penting mengingat masih rendahnya pengawasan dan tingkat pengetahuan sebagian masyarakat mengenai suatu obat.
BalasHapuscheers,
art_04